Minggu, 21 November 2010

KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

Agama Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Agama Islam lebih banyak dianut oleh masyarakat yang terdapat di bagian barat Indonesia. Agama islam dengan mudah diterima dan dianut oleh para raja kerajaan-kerajaan di Indonesia. Akibatnya, rakyat yang berada pada wilayah kekuasaannya mengikuti kepercayaan rajanya. Kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang terdapat di Indonesia, antara lain sebagai berikut.
1.  Kerajaan Samudra Pasai
    a.  letak Geografis
  •         Kerajaan pertama di Indonesia yang bercorak Islam adalah Kerajaan Samudra Pasai,yang terletak di pantai utara Aceh,pada muara Sungai Psangan (Pasai). Pada muara sungai tersebut terdapat dua kota, yaitu Samudra (agak jauh dari laut) dan Pasai yang merupakan kota di pesisir pantai.
     b.  Sumber-Sumber Sejarah
  •           Sumber-sumber sejarah yang dapat dipakai untuk mempelajari sejarah Samudra Pasai adalah sebagai berikut.      
  1. Inskripsi (tulisan) pada nisan makam Sultan Malik As Saleh.
  2. Berita-berita asing dari Marcopolo dan Ibnu Batutah.
  3. Kronika Raja Pasai.
      c.  Kehidupan Masyarakat
           1.  Kehidupan Politik
  •             Kerajaan Samudra Pasai dibangun oleh Marah Silu. Dia berhasil mempersatukan Samudra dan Pasai. Marah silu memeluk agama Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang utusan Syarif Makkah. Pada tahun 1285, Marah silu kemudian dinobatkan menjadi sultan dengan gelar Sultan Malik As Saleh. Setelah Sultan Malik As Saleh wafat pada tahun 1297, jabatan sultan kemudian diteruskan oleh putranya yaitu Sultan Malik At Thahir. Sultan Malik At Thahir memiliki dua orang putra, yaitu Mahmud dan Malik Al Mansyur. Kedua orang putranya itulah yang kemudian mewarisi tahta kerajaan, kemudian ibu kota kerajaan dipindahkan ke Lhokseumawe.
  •               Pemegang kekuasaan selanjutnya adalah Sultan Ahmad Perumadat Perumal. Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai telah menjalin hubungan dagang dengan Kesultanan Delhi (India). Hal tersebut dibuktikan ketika Muhammad Tughlug dari India pada tahun 1345 mengirimkan utusannya, Ibnu Batutah ke Cina. Ia singgah terlebih dahulu di Samudra Pasai. Sekembalinya dari Cina pada tahun 1346, Ibnu Batutah singgah lagi di Samudra Pasai dan diterima dengan baik oleh Sultan Ahmad.
              2.  Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Budaya
  •                  Karena letaknya yang sangat setrategis, Samudra Pasai berkembang dengan cepat menjadi pusat perdagangan dengan pusat studi Islam yang ramai. Banyak pedagang dari berbagai daerah seperti di Benggala, Gujarat, Arab, dan Cina yang berdatangan di Samudra Pasai.
  •                   Kerajaan Samudra Pasai mengalami kemunduran setelah mendapat serangan dari Majapahit yang ingin menyatukan Nusantara. Setelah majapahit meyakini adanya hubungan antara Samudra Pasai dengan Kesultanan Delhi di India, pada tahun 1349 Samudra Pasai diserang dan mengalami kehancuran. Sejak itu, samudra Pasai makin mundur dan diperparah dengan berpindahnya pusat perdagangan ke Pulau Bintan dan Aceh Utara. Pada akhirnya Samudra Pasai dapat ditaklukkan oleh Kesultanan Aceh.
2.  Kerajaan Malaka
      a.    Letak Geografis
  •    Letak Kerajaan Malaka sangat strategis, yaitu berad di Semenanjung Malaya dengan ibu kotanya di Malaka. Letak yang sangat strategis itu berpengaruh besar terhadap perkembangan kehidupan pemerintahan, kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat. Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Asia Tenggara, ketika Kerajaan Malaka mengalami masa kejayaan.
        b.   Kehidupan Politik
  •       Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Malaka adalah Iskandar Syah. nama Iskandar Syah merupakan nama islam yang diperoleh setelah memeluk agama Islam. Pada masa pemerintahannya, Kerjaan Malaka berkembang sebagai salah satu Kerajaan Islam terbesar yang disegani di Asia Tenggara. Wilayah kekuasaan Malaka diperluas hingga mencpai wilayah Semenanjung Malaka pada masa pemerintahan Mehammad Iskandar Syah. Untuk memajukan perekonomiannya, Muhammad Iskandar Syah berupaya menjadikan Malaka sebagai penguasa tunggal jalur perdagangan di Selat Malaka. Untuk mencapai cita-citanya tersebut, ia harus terlebih dahulu menguasai Samudra Pasai. MUhammad Iskandar Syah memiliki politik perkawinan, yaitu dengan mengawini putri dari raja Samudra Pasai.
  •         Kerajaan Malaka dapat mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Mansyur Syah. pada masa pemerintahannya, Malaka berhasil menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di Asia Tenggara. Sultan Mansyur Syah melanjutkan politik ayahnya dengan memperluas wilayah kekuasaanya baik di Semenanjung Malaka maupun di wilayah Sumatra Tengah.
  •          Perkembangan politik Kerajaan Malak mengalami kemunduran pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Syah. Banyak daerah taklukan Kerajaan Malaka yang melepaskan diri. Perang dan pemberontakan banyak terjadi di Kerajaan yang berada dibawah kekuasaan Malaka.
  •           Kerajaan Malaka semakin melemah pada saat Sulta Mahmud Syah memerintah. Daerah kekuasaanya hanya meliputi sebagian kecil Semenanjung Malaya. Hingga pada akhirnya bangsa portugis berhasil menduduki Malaka pada tahun 1511 dan mengakhiri kekuasaan di Malaka.

         c.   Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Budaya Masyarakat Malaka
  •               Kehidupan perekonomian masyarakat Malaka bertumpu pada perdagangan dan pelayaran. Masyarakat Malaka dapat disebut sebagai masyarakat maritim. Masyarakatnya banyak yang berprofesi sebagai pedagang dan nelayan. Sebagai masyarakat yang hidup dalam dunia maritim, hubungan sosial masyarakatnya sangat terbatas. Bahkan diantara mereka cenderung mengarah ke sifat-sifat individualisme. Oleh karena itu, hubungan sosial masyarakat maritim sangat jauh berbeda dengan masyarakat agraris.
  •                 Kehidupan sosial masyarakat Malaka juga sudah diatur dengan sistem undang-undang yang baik. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Malaka mengguanakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Kebudayaan masyarakat Malaka dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan agama Islam. Agama yang dianut adalah agama Islam yang dijadikan agama negara.
3.   Kerajaan Aceh
       a.   Letak Geografis
  •       Secara Geografis letak dan kedudukan Kerajaan Aceh sangat strategis di sekitar Selat Malaka. Kerajaan Aceh terletak di pulau Sumatra bagian utara dan dekat dengan jalur pelayaran dan perdagangan internasional. Ramainya aktivitas pelayaran dan perdagangan melalui bandar-bandar perdagangan, Kerajaan Aceh mempunyai perkembangan kehidupan dalam segala bidang.
       b.   Kehidupan Politik
  •          Sultan pertama yang memerintah sekaligus pendiri Kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah. Kerajaan Aceh mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Bandar Aceh dibuka menjadi bandar internasional dengan jaminan pengamanan gangguan laut dari kapal perang Portugis. Wilayah Aceh terbentang dari daerah Deli sampai ke Semenanjung Malaka. Namun belum dapat menguasai Malaka karena diduduki oleh Portugis.
  •            Pengganti Sultan Iskandar Muda adalah Sultan Iskandar Thani. Masa pemerintahaanya tidak lama karena ia tidak memiliki kepribadian dan kecakapan yang kuat seperti Sultan Iskandar Muda. Kerajaan Aceh terus mengalami kemunduran karena beberapa faktor sebagai berikut.
  1. Kerajaan Aceh mengalami kekalahan dengan perang melawan Portugis di Malaka. Dalam perang tersebut jatuh banyak korban jiwa dan harta benda.
  2. Tidak adanya tokoh yang cakap yang memerintah Aceh sepeninggal Sultan Iskandar Muda.
  3. Daerah-daerah taklukan yang jauh dari pemerintahan pusat mulai melepaskan diri dari pengaruh Aceh seperti Johor, Perlak, Pahang, Minangkabau, dan Siak.
       c.   Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya
  •             Dilihat dari segi kehidupan sosial, kemakmuran rakyat semakin meningkat sehingga menyebabkan berkembangnya sistem feodalisme. Kaum bangsawan yang memegang kekuasaanya dalam pemerintahan sipil disebut golongan teungku. Persaingan kedua golongan itu mengakibatkan lemahnya kedudukan Aceh. Di samping itu, kehidupan sosial dalam masyarakat Aceh lebih banyak didasarkan pada ajaran agama Islam.
  •              Pada masa kejayaan Aceh, perekonomian Aceh mengalami perkembangan yang sangat pesat, Daerah Aceh yang subur banyak menghasilkan lada. Pada masa itu, aktivitas perekonomian Kerajaan Aceh telah berkembang sampai jauh keluar wilayah kerajaan. Bahkan negara-negara Barat telah melakukan perdagangan di wilayah Aceh. Kapal-kapal dagang Aceh juga aktif dalam pelayaran dan perdagangan sampai ke wilayah Laut Merah.
  •              Aceh juga mengalami kemajuan dalam bidang sosial-budaya. hal ini terlihat dengan disusunnya suatu undang-undang tentang tata pemerintahan yang disebut dengan "Adat Makuta Alam". Sastra dan filsafat di Aceh juga mengalami kemajuan. Pada masa itu muncul nama Hamzah Fansuri, seorang ulama besar yang mengajarkan ilmu tasawuf dan mengarang buku tentang filsafat agama Islam dan syiar keagamaan. Ajaranya diteruskan dan disebarkan oleh muridnya yaitu Syamsuddin Pasai.  
  •               Di sisi lain ada seorang ulama besar yang bernama Nuruddin Ar Raniri. pengarang buku sejarah Aceh yang sangta menentang ajaran Hamzah Fansuri. Dalam buku sejarah Aceh yang diberi nama Bustanussalatin (Taman Segala Raja) menguraikan tentang adat istiadat masyarakat Aceh dan ajaran agama Islam.   
4.   Kerajaan Demak
      a.   Letak Geografis
  •             Secara geografis Kerajaan Demak terletak di Jawa Tengah, Kerajaan Demak berkembang dari sebuah daerah yang bernama Bintoro yang merupakan daerah bawahan dari Majapahit. Kekuasaan pemerintahanya diberikan kepada Raden Patah, salah seorang keturunan Raja brawijaya V (raja Majapahit) dan ibunya menganut Islam serta berasal dari Jeumpa.
  •              Pada awal munculnya, Kerajaan Demak mendapat bantuan dari bupati pesisir pantai utara Jawa bagian tengah dah timur yang telah menganut Islam. Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
       b.   Kehidupan Politik
  •             Raja pertama dan pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah (1500-1518). Pada masa pemerintahanya, wilayah kekuasaan Demak meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di Kalimantan. Pada masa pemerintahanya dibangunu Masjid Agung Demak yang pembangunannya dibantu para wali dan sunan.
  •              Pengganti Raden Patah adalah Pati Unus yang memerintah dari 1518-1521. Masa pemerintahan Pati Unus tidak begitu lama, namun namanya cukup dikenal sebagai panglima perang yang memimpin pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka. Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaanya pada mas pemerintahan Sultan Trenggono. Daerah-daerah yang berhasil dikuasai antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah itu bertujuan untuk menggagalkan terjalinya hubungan antara Kerajaan Pajajaran dengan Portugis. Akhirnya armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak dan nama Sunda Kelapa diganti menjadi jayakarta.
  •               Kerajaan Demak mulai mengalami kemunduran pada masa pemerintahan Sultan Prawoto karena terjadinya perebutan kekuasaan antara Sunan Prawoto dengan Arya Panangsang. Arya Panangsang adalah bupati Demak yang merasa lebuh berhak atas tahta Kerajaan Demak. Perebutan kekuasaan ini berkembang menjadi konflik berdarah dengan terbunuhnya Sunan Prawoto dan Pangeran hadiri. Konflik berdarah ini akhirnya berkembang menjadi perang saudara. Dalam perang tersebut, Arya Panangsang terbunuh sehingga tahta Kerajaan Demak jatuh ke tangan Jaka Tingkir (menantu Sultan Trenggono). Jaka Tingkir menjadi Raja Kerajaan Demak ke daerah Pajang. 
       c.   Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya
  •             Kehidupan Sosial masyarakat Demak jauh berbeda dengan kehidupan sosial pada masa Kerajaan Majapahit. Pada masa kekuasaan kerajaan Demak, kehidupan sosial masyarakatnya distur sesuai ajaran islam. Namun, masih ada masyarakat yang menjalankan tradisi lama. Dengan demikian muncullah kehidupan sosial masyarakat yang merupakan perpaduan antara agama Islam dengan tradisi Hindu-Buddha.
  •             Kehidupan perekonomian Kerajaan Demak berkembang pada sektor perdagangan dan pertanian dengan lebih menitikberatkan pada sektor perdagangan karena letak Kerajaan Demak yang sangat strategis, yaitu berada pada jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan antara pengahsil rempah-rempah di wilayah Indonesia bagian timur dan Malaka sebagai pasar di indonesia bagian barat.
  •             Perekonomian Kerajaan Demak berkembang dengan pesat dalam dunia maritim. Hal tersebut didukung oleh sektor pertanian yang cukup besar di Kerajaan Demak. Di samping itu, Kerajaan Demak juga mengusahakan kerja sama dengan daerah di pantai utara Jawa yang telah menganut agama Islam sehingga tercipta persekutuan di bawah pimpinan Demak.
  •             Kehidupan budaya masyarakat Demak dapat terlihat dari peninggalan-peninggalan Kerajaan Demak. Budaya Islam yang baru masuk ke Indonesia berpadu sempurna dengan budaya asli masyarakat setempat. Masjid Agung Demak adalah karya besar para wali yang menggunakan gaya asli Indonesia yaitu atapnya bertingkat tiga dan memiliki pendapa. Di kompleks masjid pada bagian belakang terdapat makam. Di tempat itu dimakamkan raja-raja Demak dan sangat dikeramatkan oleh masyarakat setempat.    
5.   Kerajaan Mataram Islam
      a.   Letak Geografis
  •   Pada awal perkembanganya, Mataram Islam (Mataram) adalah sebuah daerah kadipaten yang berada dibawah kekuasaan Pajang. Mataram terletak di daerah Jawa Tengah bagian selatan dengan pusatnya di Kotagede, daerah Jogjakarta sekarang. Dari daerah itulah Mataram terus berkembang hingga menjadi sebuah kerajaan besar yang wilayahnya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat.
       b.   Kehidupan Politik
  •             Raja pertama dan pendiri Kerajaan Mataram adalah Sutawijaya. setelah Sutawijaya meletakkan dasar-dasar pemerintahan Kerajaan Mataram, selanjutnya Sutawijaya bergelar panembahan Senopati ing Sayidin Alogo Panatagama artinya kepala bala tentara dan pengatur agama. Wilayah kekuasaan Mataram diperluas hingga sampai Surabaya, Madiun, Ponorogo, Pasuruan, dan Kediri.
  •             Pada masa pemerintahan Mas Jolang wilayah Mataram diperluas dengan mengadakan pendudukan terhadap daerah di sekitarnya. Pada tahun 1612, Mas Jolang berhasil menguasai Gresik, Mas Jolang wafat di desa Krapyak sehingga dikenal dengan sebutan Panembahan Seda ing Krapyak.
  •             Pengganti Mas Jolang adalah Raden Mas Rangsang yang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaan. Tujuan pemerintahan Sultan Agung adalah mempertahankan seluruh tanah jawa dan mengusir orang-orang Belanda di Batavia, sehingga di bawah pemerintahannya Belanda sulit menembus daerah Mataram.
  •             Belanda dapat masuk wilayah Mataram pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat I. Beliau bekerja sama dengan pihak Belanda. Hal tersebut membuat ketidaksenangan rakyat Mataram sehingga menimbulkan banyak pemberontakan. Namun semua dipadamkan karena Sunan Amangkurat I dibantu oleh Belanda.
  •             Wilayah kekuasaan Mataram menjadi semakin sempit pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat II. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar wilayah kekuasaanya diambil oleh belanda. Amangkurat II mendirikan ibu kota baru di daerah Wonokerto yang kemudian dikenal dengan nama Kartasura. Di daerah Kartasura Amangkurat II menjalankan pemerintahan di atas sisa-sisa Kerajaan Mataram. Setelah Sunan Amangkurat II wafat,wilayah Mataram terbagi menjadi dua melalui perjanjian Giyanti. Isi perjanjian Giyanti adalah Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua, yaitu Daerah Kasultana Jogjakarta yang diperintah oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Daerah Kasuhunan Surakarta, yang diperintah Susuhunan Paku Buwono I.
6.   Kerajaan Banten
      a.   Letak Geografis
  •   Secara geografis Banten terletak di Jawa Barat bagian utara (sekarang provinsi Banten). Kerajaan Banten terletak di wilayah Banten, di ujung barat Pulau Jawa. Setelah Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa pada tahun 1527, daerah Banten dikembangkan sebagai pusat perdagangan dan persebaran agama Islam. Dasar-dasar Kerajaan banten diletakkan oleh Hasanuddin (putra Fatahillah). perkembangan Kerajaan Banten sangat pesat dan mencapai puncak kejayaan pada msa pemerintahan Sultan Ageng Tritayasa.
  •    Letak Kerajaan Banten sangat strategis, sehingga menjadikan Banten sebagai penguasa jalur pelayaran dan perdagangan yang memiliki Selat Sunda. Banten berkembang menjadi sebuah Kerajaan besar di Jawa Barat dan bahkan saingan berat VOC (Belanda) yang berkedudukan di Batavia.
       b.   Kehidupan Politik
  •             Raja pertama (pendiri) Kerajaan Banten adalah Hasanuddin. Pada masa pemerintahanya penyiaran agama islam dan perdagangan di Banten berkembang pesat. Hasanuddin juga menjalin persahabatan yang erat dengan Kerajaan Indrapura di Sumatra. Hubungan diplomatik ini diperkuat melalui pernikahan politik antara Hasanuddin dengan putri raja Indrapura.
  •             Pengganti Raja Hasanuddin adalah Panembahan Yusuf (1570-1580). Panembahan Yusuf masih berusaha memperluas wilayah Banten sekaligus menyebarkan agama Islam. Dia menyerang Pajajaran yang merupakan Benteng terakhir Kerajaan Hindu di Pulau Jawa. Dengan demikian, terbuka kesempatan bagi Banten untuk menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat.
  •              Banten juga melakukan serangan terhadap Kerajaan Palembang pada masa pemerintahan Maulana Muhammad. Palembang akan dijadikan sebagai batu loncatan untuk menguasai bandar di pesisir Selat Malaka. Palembang tidak berhasil dikuasai dan bahkan Maulana Muhammad tewas dalam pertempuran tersebut.
  •              Pengganti Maulana Muhammad adalah Abu Mufakir. Namun berita tentang Raja Abu Mufakir tidak banyak diketahui, kecuali berita tentang kedatangan orang Belanda untuk pertama kalinya di Indonesia di bawah pimpinan Cornelis de Houtman.
  •              Banten mengalami masa kejayaan pada pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam upaya mempertahankan Banten sebagai salah satu pusat perdagangan di Indonesia, Sultan Ageng Tirtayasa berani bersikap tegas terhadap persekutuan dagang Belanda (VOC) yang berkedudukan di Batavia. Jarak antara Banten dan Batavia yang dekat membuka peluang meletusnya konflik antara Banten dan Batavia.
  •               Namun sikap tegas Sultan Ageng tirtayasa tersebut tidak diteruskan oleh putranya, Sultan Haji. Ia cenderung berkomprimi dengan VOC. Perbedaan sikap tersebut memuncak menjadi perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji.
  •               Dalam perang tersebut, Sultan Haji dibantu oleh VOC, akibatnya Sultan Ageng Tistayasa terdesak dan kemudian tertangkap. Peristiwa kemenangan Sultan haji menandai berakhirnya kejayaan Kerajaan Banten, karena setelah itu Banten berada di bawah pengaruh VOC.
7.   Kerajaan Gowa dan Tallo
      a.   Letak Geografis
  •   Kerajaan gowa dan Tallo merupakan dua Kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan dan saling berhubungan baik. Kedua Kerajaan tersebut kemudian lebih dikenal dengan Kerajaan Makasar. Makasar sebenarnya adalah ibu kota Gowa yang juga disebut sebagai Ujung Pandang.
       b.   Kehidupan Politik
  •    Perkembangan pesat kerajaan Makasar tidak terlepas dari raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Makasar. Berikut ini adalah raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Makasar, di antaranya sebagai beikut.
  1.  Sultan Alaudin
  2.  Sultan Hasanuddin
  3.  Raja Mapasomba
       c.   Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya
  •            Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Makasar diwarnai dengan ajaran agama islam. Mayoritas masyarakat Makasar beragama Islam sampai sekarang. Pada masa pemerintahan Sultan Alaudin, ia sangat giat mengislamkan rakyatnya. Ia memperluas daerah kekuasaan bukan hanya pada daerah dan pulau di sekitarnya, melainkan juga sampai di bagian timur Pulau Sumbawa dan Lombok. Mereka juga berusaha meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dengan berpegang teguh pada keyakinan, bahwa Tuhan menciptakan lautan untuk semua hamba-Nya.
  •             Kehidupan ekonomi masyarakat Makasar bertumpu pada sistem kelautan yang dimilikinya. Makasar yang berkembang sebagai pelabuhan internasional banyak dikunjungi oleh pedagang asing seperti Portugis, Inggris, dan Denmark. Mereka datang ke Makasar melaksanakan kegiatan dalam bidang perdagangan.
  •              Pedagang-pedagang Makasar memegang peranan penting dalam perdagangan di Indonesia dan mereka menggunakan perahu seperti penisi dan lambo. Hal itu menyebabkan mereka berhadapan dengan belanda dan menimbulkan perlawanan di mana-mana. Belanda yang merasa berkuasa atas daerah maluku sebagai sumber rempah-rempah menganggap Makasar sebagai pelabuhan gelap. Di pelabuhan Makasar diperjualbelikan rempah-rempah yang berasal dari Maluku. Untuk mengatur pelayaran dan perniagaan dalam wilayahnya, disusunlah hukum perniagaan yang disebut "Ade Allopiloping Bicaranna Pabbalu'e" pada sebuah naskah lontar tentang hukum laut karya Amanna Gappa.
  •               Kehidupan budaya masyarakat Makasar sangat dipengaruhi oleh keadaan Kerajaan Makasar yang bersifat maritim. Hasil budayanya seperti alat penangkap ikan dan kapal pinisi. Sampai sekarang kapal penisi dari Sulawesi Selatan menjadi salah satu kebanggan bangsa Indonesia. Di samping itu, masyarakat Kerajaan Makasar juga mengembangkan seni sastra yaitu Kitab Lontar.   
8.   Kerajaan Ternate dan Tidore di Maluku
      a.   Letak Geografis
  •    Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di sebelah barat Pulau Halmahera (Maluku Utara). Wilayah kekuasaan kedua kerajaan ini meliputi Kepulauan Maluku dan sebagian Papua. Tanah Maluku yang kaya akan rempah-rempah menjadikannya dikenal didunia internasional dengan sebutan "The Spicy Island".
  •     Dari wilayah Kerajaan ini banyak dihasilkan rempah-rempah terutama cengkih dan pala yang banyak dicari para pedagang internasional. Maluku menjadi "Ladang Emas" yang tidak ternilai harganya bagi mereka.
       b.   Kehidupan Politik
  •     Di Kepulauan Maluku banyak terdapat Kerajaan kecil, di antaranya Kerajaan Ternate sebagai pemimpin uli lima, yaitu lima bersaudara yang wilayahnya mencakup Pulau Ternate, Obi, Bacan, dan Ambon. Uli siwa yang berarti persekutuan sembilan bersaudara yang wilayahnya mencakup Pulau Makayan, Jailolo atau Halmahera dan pulau-pulau di antara daerah itu sampai dengan Pulau Papua.
  •      Di antara Kerajaan-kerajaan kecil di daerah tersebut merupakan bagian dari dua kerajaan yang memegang peranan penting, yaitu Kerajaan Ternate dan Tidore. kedua Kerajaan itu saling bermusuhan dan ingin menduduki kekuasaan tertinggi atas seluruh daerah maluku sebagai penghasil rempah-rempah.
  •       Kerajaan Ternate mendapatkan bantuan dari Portugis. Sebaliknya Kerajaan tidore dibantu oleh bangsa spanyol yang juga telah sampai di pusat rempah-rempah. Maka terjadilah peperangan antara Kerajaan Ternate yang dibantu Portugis dan Kerajaan tidore yang dibantu Spanyol. Untuk mengatasi pertikaian antara kedua bangsa eropa tersebut, Paus turun tangan dan mengadakan perjanjian untuk perdamaian keduanya.
  •        Perjanjian tersebut disebut Perjanjian Saragosa yang isinya "Spanyol harus meninggalkan Maluku dan Portugis tetap dapat melaksanakan kegiatanya di Maluku". Keberadaan Portugis dalam perjanjian itu juga merupakan kemenangan Kerajaan Ternate atas Kerajaan tidore. Kerajaan Ternate berkembang pesat di bawah kekuasaan raja-raja sebagai berikut.
  1.  Sultan Zainal Abidin
  2.  Sultan Tabariji
  3.  Sultan Hairun
  4.  Sultan Baabullah
       c. Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya
  •        Daerah Maluku memiliki posisi penting sebagai sumber atau penghasil rempah-rempah sehingga selalu menjadi pusat perhatian dunia. Setiap bangsa selalu berusaha untuk melakukan kegiatan perdagangan di daerah Maluku. Kehidupan seperti itu sangat besar pengaruhnya terhadap hubungan sosial di antara masyarakat di Maluku. Masyarakat Maluku dapat hidup aman dan tenteram, hal itu dipengaruhi oleh kuatnya hubungan sosial antar masyarakat Ternate dan Tidore.
  •        Kehidupan ekonomi Kerajaan Ternate dan Tidore menitikberatkan pada kegiatan perdagangan sebagai sumber pendapatan pekerjaan. Secara ekonomi, Maluku dikenal sebagai penghasil rempah-rempah seperti cengkih dan pala. Kedua komoditi itu merupakan barang dagangan yang diperlukan oleh bangsa Eropa. Akibatnya Maluku sering didatangi oleh para pedagang baik dari Jawa, Sulawesi, Persia, dan Eropa.
  •        Pusat perkembangan perdagangan di Maluku mengakibatkan terbentuknya persaingan antarpersekutuan itu. Persaingan menjadi semakin tajam setelah datangnya bangsa Eropa ke Maluku. Sebagian besar hasil budaya masyarakat Ternate dan Tidore dipengaruhi oleh keadaan kerajaan yang merupakan kerajaan maritim. hasil kebudayaan yang terkenal adalah perau kora-kora. Selain itu, jenis-jenis kebudayaan Maluku tidak banyak diketahui.